Simple Personal Rhyme

"A dot started notes and lines. Lines made up bars. Eventually, a musical piece is created.
There's nothing insignificant.."

Friday, 14 October 2016

72 Hours of Liverpool



Semakin hari, semakin banyak hal-hal yang saya perhatikan dan amati. Terutama hal-hal yang tidak terdapat di kampung halaman saya sendiri. Di samping aksen scouse orang-orang Liverpool yang berlalu lalang di telinga saya setiap hari, berikut hal-hal lainnya yang bisa saya ceritakan dalam 3 hari sejak ketibaan saya di sini.

Taman di Tengah Kota

Sudah rahasia umum bahwa taman merupakan nafas dari suatu kota bagi kota-kota di negara barat. Oleh karena itulah kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya (dengan pemimpinnya yang sekarang), menggalakkan pendirian dan pemeliharaan taman-taman yang bisa dinikmati oleh umum. Namun bagi kota-kota di Eropa, keberadaan taman yang luas dan terpelihara di tengah kota bukanlah suatu hal yang baru.

Di depan flat (atau kamar kos bahasa Indonesianya… hehe) tempat saya menetap, terdapat taman yang sangat luas. Taman ini bisa terlihat jelas langsung dari jendela saya sehingga saya bisa melihat arti taman ini bagi masyarakat sekitar.

  • Tiap pagi dan tiap sore, ada saja orang yang mengajak anjingnya berjalan-jalan, mostly orang yang sudah sepuh. Mereka juga bermain lempar tangkap bola dengan hewan peliharaan kesayangan mereka ini.
  • Ada juga orang yang sekedar duduk-duduk bersantai di bangku taman. Saya pun pernah melakukan ini dan rasanya memang nikmat sambil dilewati oleh angin sepoi-sepoi
  • Terdapat juga jalur semen sebagai track pejalan kaki ataupun yang mau jogging

Taman luas di depan flat saya

  • Sebagai tambahan, di musim panas, rumput-rumput di taman menjadi sarana bagi orang-orang bule ini untuk bersantai, either sekedar berjemur menikmati matahari ataupun piknik bersama orang-orang terdekatnya. Bukan hal aneh jikalau di mana kita temukan ada matahari terik dan rerumputan, maka kemungkinan akan ada orang-orang sedang tidur-tiduran / bersantai / membaca buku / piknik, dan sebagainya.

Terdapat juga playground / taman bermain yang terawat untuk anak-anak


The Red Brick Houses

Ketika saya berjalan kaki mengelilingi lingkungan sekitar, bentuk-bentuk rumah di sini merupakan salah satu hal yang saya perhatikan. Bentuk rumahnya mirip satu sama lain. Sepertinya renovasi dan pembangunan rumah di sini tidak semudah di Indonesia di mana orang bisa saja membangun istana di kompleks perumahan biasa.

Selain itu, bentuk-bentuk rumahnya juga bisa dikatakan sangat sederhana. Hampir semua rumah di sini terbuat dari batu bata (jadi kalau misalnya kita dengar istilah “Red Brick House”, ya  itu benar adanya. Yaitu  rumah-rumah seperti ini). Dinding rumah-rumah yang terbuat dari batu bata itu tersusun dengan rapi. Ya tentu saja karena membangun di sini tidak bisa asal jadi seperti Indonesia di mana bedeng pun bisa jadi tempat tinggal. Dinding batu bata harus bisa melindungi rumah dan tersusun rapi tanpa celah. Kalau tidak, bisa terbayangkan udara winter yang sangat dingin masuk melalui celah-celah dinding. Udara musim dingin yang dinginnya hingga bisa menusuk ke tulang.



Tinggal Di Tepi Laut
Liverpool berada di wilayah Merseyside yang berbatasan dengan laut. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh kita bisa melihat burung-burung beterbangan dengan bebas. Suara burung camar merupakan suara yang sangat familiar di pagi dan siang hari. I think this is my first time mengalami kehidupan sehari-hari yang ditemani dengan hiruk pikuk burung camar yang berkeliaran bebas.

The Surviving Historical Sites

Kota-kota yang indah di wilayah Eropa ini adalah kota-kota yang memiliki bangunan-bangunan bersejarah yang masih terus bertahan hingga saat ini. Saat tiba di stasiun kereta Lime Street Liverpool dari Bandara Udara Manchester, saya langsung disambut dengan bangunan kuno dan megah dengan pilar-pilar besar seperti karakteristik bangunan romawi. Bangunan tersebut bernama St. George’s Hall, yaitu merupakan tempat bisa dilangsungkannya berbagai event, salah satunya adalah pernikahan. Di balik bangunan ini terdapat taman yang sangat indah yang merupakan salah satu spot nongkrong di wilayah pusat kota ini

St. George's Hall : Bangunan yang menyambut saya ketika sampai
di Stasiun Kereta Lime Street, Liverpool

Di depan St.George’s Hall terdapat Empire Theatre, dengan model bangunan yang cukup kuno. Tempat ini merupakan teater tempat diadakannya berbagai macam pertunjukkan.



Tidak jauh dari St. George’s Hall terdapat suatu open space / ruang terbuka dengan desain bangunan-bangunan kuno seperti air mancur dan patung model jaman baheula. Infonya, tempat ini sempat digunakan untuk salah satu lokasi syuting film Harry Potter terbaru.







Keindahan bangunan-bangunan ini dikarenakan masih dipeliharanya keaslian dari bentuk bangunan tersebut walaupun saat ini mungkin fungsinya sudah tidak lagi sama dengan waktu dibangun dulu.


The Weather alias Cuaca

Nah, ini dia yang paling menuntut diri untuk adaptasi. Negara kita yang memiliki dua musim tentu berbeda dengan Inggris yang memiliki empat musim. Ada satu persamaan antara cuaca sana dengan sini, yaitu sama-sama tidak bisa diprediksi ! Selama tiga hari di sini saja, saya sudah mengalami tiga cuaca yang berbeda-beda.

Hari pertama tiba di sini, saya sudah disambut dengan hujan yang disertai dengan angin. Berhubung tiba-tiba hujan ketika saya sedang di pusat kota, saya terpaksa membeli payung di salah satu toko. Payung yang baru saya beli saja langsung babak belur terbalik-balik dihajar oleh angin. Memang sebelum datang ke sini, saya sudah diberi informasi bahwa dibutuhkan jas hujan atau payung yang kokoh untuk menghadapi hujan berangin di kota Liverpool ini.

Hari kedua, cuacanya puanas banget ! Berhubung di hari pertama tadi saya kedinginan, jadi saya pakai jaket dan sebagainya ketika keluar rumah. Namun yang ada malahan banjir keringat…

Hari berikutnya adalah hari dengan cuaca yang didefinisikan dengan windy atau berangin. Saat itu saya main ke Albert Dock (kalau orang Padang meng-istilahkan tempat ini sebagai taplau… hahaha..). Masya Allah anginnya… Angin begitu kencang hingga kita merasakan langkah kaki kita tertahan oleh tiupan angin. Kalau di Indonesia, kena yang seperti ini langsung masuk angin, perlu minum bandrek atau bajigur atau STMJ (aduh enaknya…. sluurrpp….) atau paling minimal yah minum Tolak Angin. Hehehe…


Intinya, kekebalan tubuh harus kuat dan tubuh harus selalu prima. Terutama bagi kita-kita yang masih beradaptasi dengan cuaca setempat dari iklim tropis di daerah asal. Terkadang ketika kita di Indonesia saja, kena panas - hujan - panas - hujan, tubuh bisa nge-drop. Apalagi di sini yang cuacanya lebih bervariasi.


Dan sekali lagi, tulisan dalam blog ini hanya pandangan saya sekilas selama tiga hari di Liverpool, Inggris ya.. Belum tentu kota-kota lain di negara ini memiliki kondisi yang sama. Ditambah lagi, semakin lama saya tinggal di sini, akan semakin terbuka mata saya akan hal-hal lainnya di kota ini.


Sunday, 2 October 2016

48 Hours of Liverpool

NB : Tulisan ini dibuat setelah 2 hari saya tiba di Inggris. Blog ini adalah hal-hal yang secara spontan saya perhatikan selama 48 jam berada di sini.

Sejak dari lahir, saya selalu tinggal di wilayah Indonesia. Namun beberapa tahun terakhir ini, saya bernasib tinggal di wilayah Sumatera yang ternyata memiliki karakteristik budaya yang cukup berbeda dengan wilayah yang selama ini saya tinggali di seputaran Jakarta. Berbeda daerah saja sudah banyak hal-hal yang menyebabkan butuhnya adaptasi dengan budaya kearifan lokal padahal masih berada di satu lingkup negara Indonesia. Apalagi kali ini saya memiliki kesempatan untuk melihat dunia lebih luas. Tinggal di negara yang berbeda di benua yang berbeda dengan Indonesia tentunya terdapat perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan apa yang kita alami sehari-hari. Baru berada di tempat ini, tepatnya di Liverpool, Inggris, ada beberapa hal yang mencuri perhatian saya. Namun hal yang paling saya perhatikan adalah hal-hal yang terdapat pada traffic alias lalu lintas di kota ini.

Everything in Liverpool’s Traffic at a Glance
Berhubung di sini saya banyak menjamah tempat-tempat dengan berjalan kaki, ini menyebabkan saya bisa berkesempatan untuk memperhatikan secara seksama akan hal-hal yang terdapat di jalanan Liverpool.

Berjalan Kaki
Menjangkau suatu tempat dengan berjalan kaki merupakan hal yang biasa di sini. Namun bagi orang Indonesia yang biasa dimanjakan dengan naik kendaraan, akan cukup kewalahan dengan kebiasaan jalan kaki di sini. Bahkan saya yang sudah biasa jalan kaki di Indonesia, sempat merasa pegal-pegal kaki di hari-hari awal karena jarak-jarak yang ditempuh ternyata jauh lebih jauh dari biasanya.

Para mahasiswa Indonesia yang sudah cukup lama bersekolah di sini, sudah cukup terbiasa dengan kebiasaan berjalan kaki ini. Mereka sudah cukup kuat untuk menempuh jarak-jarak yang lumayan jauh dengan berjalan kaki dengan derap langkah yang setara dengan para orang Inggris. Beberapa teman yang sudah sampai di Liverpool sebelumnya juga sudah dapat menyesuaikan dengan kebiasaan berjalan kaki ini. Selain itu, kota-kota di wilayah barat ini sangat friendly untuk pedestrian alias pejalan kaki dengan selalu adanya trotoar yang cukup besar untuk pejalan kaki di sisi jalan.

Hal-hal yang perlu diingat terkait walking-walking di sini adalah :

  • Orang bule jalannya sangat cepat (dibandingkan dengan langkah orang Indonesia sehari-hari ya…). Jadi kalau melihat orang-orang bule ini jalannya cepat, mereka bukan terburu-buru tapi nature-nya mereka memang seperti itu. Walaupun begitu, kita bisa membedakan kok mana bule yang jalan cepat karena terburu-buru atau jalan cepat yang natural.


  • Jangan bayangkan jalan kaki di Indonesia. Baru jalan 15 menit saja sudah mbrebes itu keringat di baju. Terkecuali kalau matahari lagi terik-teriknya, hampir tiap hari jalan kaki di sini dinaungi dengan udara sejuk -- bahkan cenderung dingin. Jadi jangankan keringat keluar, yang ada malah kita pakai baju berlapis dan tangan masuk kantong terus saking dinginnya sepanjang berjalan kaki.


  • Hati-hati ketika menyebrang jalanan ! Di Indonesia kita harus maju pelan-pelan kalau menyebrang supaya dikasih jalan sama kendaraan yang lewat. Nyebrangnya  juga bisa di mana saja. Di Inggris, ketika menyebrang di traffic light, ada tombol yang harus ditekan dulu ketika mau menyebrang. Kita harus tunggu sampai lampu pejalan kaki menyala hijau dan baru kita bisa menyebrang


That’s the theory, tapi…….



Di Inggris ini masih kalah strict taat peraturan dengan Singapur. Walaupun peraturannya seperti itu, orang sini menyebrang saja kalau misalnya jalanan kosong atau mobilnya masih jauh dan menyebrangnya juga seringkali langsung menerobos jalanan saja selama jalanannya sepi. Masih tetap kalah sakti dengan orang-orang di Indonesia sih yang bisa tetep kekeuh nyebrang jalanan yang ramai dengan kendaraan.
Bagi kami yang baru-baru di sini, kami belum berani banyak nerobos sebelum lampu pejalan kaki menyala hijau, terutama di jalan-jalan raya besar yang risikonya lebih besar. Bisa saja kita coba-coba nerobos lampu seperti kita di Indonesia yang cuek saja dengan lampu dan rambu lalu lintas, namun semuanya be at your own risk. Di sini kendaraannya pada ngebut-ngebut, termasuk yang seukuran bus. Jadi kalau nerobos sebelum lampu nyebrang jadi hijau trus kita ketabrak, ya yang salah kita. Gak bisa main keroyokan seperti di Indonesia di mana pejalan kaki melintas di jalur busway terus ketabrak Transjakarta lalu malah digebukin supir Transjakartanya. So, always be aware when crossing the streets !

  • Jalanan di Liverpool relatif aman. Jadi jangan heran kalau melihat orang berani jalan kaki malam-malam di tempat sepi -- bahkan wanita sekalipun. Sangat minim kasus seperti penjambretan atau perampokan atau pemerkosaan di jalanan sini. Dengan kondisi jalanan seperti itu, para mahasiswa Indonesia yang bersekolah di sini tidak takut untuk pulang dini hari semisal ada hal perlu dikerjakan di kampus hingga larut.


Sepeda
Selain berjalan kaki, metode yang digunakan untuk bepergian oleh orang-orang sini adalah dengan naik sepeda. Bukan rahasia lagi bahwa sepeda memang transportasi populer untuk masyarakat Eropa. Walaupun begitu, intensitas pengguna sepeda di Inggris belum semasif di negara-negara Eropa daratan seperti Jerman dan Belanda di mana sampai setengah jalan raya didedikasikan untuk pengendara sepeda karena pengendara sepeda di sana cukup banyak.



Dulu waktu saya dan istri saya menggunakan sepeda untuk transportasi sehari-hari, termasuk untuk ke kantor, kami dipandang agak aneh oleh orang-orang sekitar dan kendaraan yang berlalu-lalang. Namun di sini, orang bersepeda untuk bepergian, seperti ke kantor atau kampus, merupakan hal yang biasa. Selain itu, di kota ini terdapat pula stasiun-stasiun sepeda yang disewakan untuk umum pada spot-spot tertentu. Pembayaran sewa sepedanya bisa dibayar secara harian, mingguan, ataupun tahunan.  

Kereta
Kereta sudah menjadi moda transportasi pilihan untuk bepergian antar kota. Kereta di sini sangat nyaman untuk bepergian. Jangan bayangkan kereta seperti KRL di Jakarta tapi bayangkan kereta seperti kereta Medan - Kualanamu (yah.. Tidak seeksklusif itu sih…).  Harganya cukup terjangkau untuk tingkat kenyamanan dan waktu tempuh seperti itu, apalagi kalau beli tiketnya dari jauh-jauh hari. Tiket kereta antar kota di sini sifatnya fluktuatif seperti halnya pesawat. Jadi katakanlah kita memesan tiket perjalanan di kala peak season atau dekat-dekat dengan tanggal keberangkatan, kemungkinan besar harganya akan semakin mahal dari biasanya.


Taksi
Pernah menonton serial TV Sherlock ? atau film-film british lainnya ? Pernah lihat bagaimana bentuk taksi di Inggris di film-film ? Yup, that’s exactly bentukan taksi di sini. Berupa mobil yang bentukannya agak kuno dan berwarna hitam. Kami di sini menyebutnya black cab. Sangat unik tapi dalamnya cukup luas namun kami hampir tidak pernah menggunakan taksi ini karena harganya cukup mahal. Kami lebih prefer menggunakan taksi berbasis aplikasi atau private hire taxi seperti Uber atau Delta.














Bus
Bus juga merupakan transportasi yang populer untuk digunakan terutama untuk lokasi-lokasi yang jarak tempuhnya cukup jauh. Bus juga banyak digunakan oleh orang-orang tua yang sudah sulit menjangkau perjalanan via jalan kaki. Bus di sini sangat nyaman. Bahkan bus di Inggris terkenal dengan bus bertingkatnya alias double decker. Padahal di Indonesia juga dulu dan sekarang juga ada bus bertingkat.. Hehe. Kalau diperhatikan, bus-bus di sini jalannya ngebut juga. Walaupun begitu, ngebut di sini bukan karena balapan atau kejar setoran seperti metro mini di ibukota tapi lebih supaya dapat on-time tiba di halte berikutnya karena bus-bus di sini sudah ada jadwal ketibaannya di halte masing-masing. Selain itu, supir busnya juga handal  mengendarainya sehingga belokan yang cukup tajam sekalipun, tidak ada itu cerita bus naik ke trotoar.


Mobil dan Sepeda Motor
Ada juga orang yang bepergian dengan mobil dan sepeda motor di sini namun jumlahnya tidak banyak apalagi sampai over-quota sampai membanjiri jalanan. Bahkan pengendara sepeda motor sangat jarang saya temui di sini. Kalaupun ada, mostly motor yang digunakan adalah motor-motor kelas atas seperti CBR, vespa, atau trail bike. Terkadang kita melihat antrean mobil namun “macet” seperti ini biasanya dikarenakan lampu merah. Sangat jauh dengan istilah “macet” yang kita temui sehari-hari. Selain itu, lucunya, di Liverpool ini orang memarkir kendaraannya di pinggir jalan. Kadang di supermarket atau mall memang tersedia lahan parkir namun orang memarkir mobilnya di pinggir jalan merupakan hal yang lumrah. Bahkan rumah-rumah di sini bisa dikatakan tidak didesain untuk memiliki garasi untuk kendaraan. Mungkin karena tidak ada masalah kemacetan sehingga tidak masalah jika mereka parkir di pinggir jalan raya.




Sebagai tambahan dari cerita ini, hal-hal yang saya ceritakan di atas ini hanya berlaku di kota Liverpool ya, bukan Inggris atau Britania raya secara umum. Jadi mungkin kalau di kota-kota lainnya, kondisinya sangat mungkin berbeda dengan yang saya ceritakan di atas.


Saturday, 13 August 2016

Suicide Squad Movie : My Point of View

I am not a DC / Marvel comic books reader. I do not watch every single of their animation series either. I do not know very well every single of their characters but at least I know some main characters, just like any other novices do. However, as I keep up with a number of western TV series, I also watched some DC and Marvel superhero TV series. I watched the latest Marvel’s Daredevil that was broadcasted by Netflix and also DC’s Green Arrow and the new Flash TV series that were brought by CW television network. The two latter names gave a little enlightenment of the story on the currently showing DC Comics movie : Suicide Squad.

P.S : Warning, the content below may contain spoiler information for those who haven’t  watched Suicide Squad movie.

screenrant.com
I watched the movie a week ago. The movie poster illustration at the cinema was not describing the movie itself. At first glance, my wife, who came with me, guessed that it was some kind of cartoon comedy or horror movie. However, after watching it, I can say that I love the whole movie. Despite of the negative reviews on several sources, I think that this movie can be consumed either by novices who did not keep up with the comics and also the DC comic geeks. Additionally, a half-DC/Marvel fans like I am. We can say the movie is in average level. The story is not too deep and hard to be understood by non-comic readers, but not too light and shallow (I found in Batman vs Superman : Dawn of Justice where comic readers said the movie was awesome and close to its comic book whereas the other party give negative comments regarding of their lack of understanding). There were brief introduction and background stories of the bad guys, members of Suicide Squad, so the audience will at least understand about who they are and why they were imprisoned.

It is fortunate that I had been following the DC heroes TV series which are the Green Arrow and The Flash. I had a bit of clues about the story and few characters in Suicide Squad. At least I already knew who is Floyd Lawton, who is the one with the red streak who arrested Capt. Boomerang (well, I think anybody can guess this guy… :D), I already had a little knowledge about the ARGUS organization led by Amanda Waller and what they had been doing, and also its connection with our superheroes. Some of the stories and events were already presented (with different framework) on the TV series.

One of the characters that became focus of attention is of course the renowned villain characters who is troublesome to Batman a couple times : The Joker. I thought, judging from the movie trailers and sneak peek, The Joker will be one of the main stars, side by side with his lover, Harley Quinn. But in fact, he only showed up in some scenes, coupling with Harley Quinn.

Talking about the Joker, take a look at a few years back, Heath Ledger had successfully stolen the audience attention by becoming The Joker in Christopher Nolan’s The Dark Knight. While in Suicide Squad, this character was played by the handsome Jared Leto. As the Heath Ledger’s Joker image was fabulously strong, there is no way that Jared Leto can portray the same kind of Joker as Heath Ledger did. So he played Joker with a slight different style. He must bring a new fresh Joker’s character, different with his predecessors : Heath Ledger, Jack Nicholson, and Cesar Romero.

The Joker : Heath Ledger's version VS Jared Leto's version
Source : denofgeek.us & metro.co.uk

However, after seeing the Suicide Squad movie, I’d still prefer Heath Ledger’s Joker to Jared Leto’s. In my opinion, The Joker in The Dark Knight movie has the closest image to The Joker that anyone expected from Batman stories, who is extremely sick and insane. Heath Ledger brought a too strong image of The Joker in my mind (and many other people’s). In my perspective, Jared Leto’s Joker was too cool, too handsome, and obviously, too sane to be the Joker.  

My most favorite character ? The hottest female villains (or can we say heroine for this movie ?) ? Most of the people agree that Harley Quinn deserves the crown as the hottest female character with her sexy and tight suit. I completely agree. Harley Quinn (played by Margot Robbie) is hot. Harley Quinn is sexy. And as one of my friends said, “A beautiful girl who is crazy = sexy”. However, my most favorite female character is the Japanese originated character, Katana.

collider.com
Why Katana ? Beside the pretty Karen Fukuhara behind the mask as one of the reasons, I think Katana character is mysteriously cool. I also liked the suit she wears with the samurai style and weapons she used. Previously, I had watched this Katana a.k.a Tatsu Yamashiro character on Arrow TV series. However, the one played by Karen Fukuhara in this movie is much hotter -- my opinion. Even so, she was also sick with a depressed life background. The sword she used to fight, Soultaker, was the thing that previously took her husband’s life. Her background story was not told clearly on Suicide Squad movie. Fortunately I got a clear picture of Maseo (her husband) and Tatsu Yamashiro story from Arrow TV series.

P.S : Last Warning ! The paragraph below is a closing paragraph that contains huge spoilers. For those who has not watched the Suicide Squad movie. Better stop now…..

www.suicidesquad.com

As a conclusion, overall I like this movie because it’s a combination of action with dark story that will satisfy those superhero comics lovers. There were many reviewers who gave bad reviews for this movie. I think it’s because of overexpectation and when they saw it on cinema, the movie was just “average”. However, there are many things that surprised me (and maybe I missed many information before the movie) :
  • I did not expect that this DC movie was connected to the preceding and upcoming DC movies.
  • I thought the movie will be just about the villain characters but there are superhero characters (The Dark Knight and The Streak) emerged as cameo. And the scenes were pleasing. Yeahh !!
  • The teaser movie posters show a  number of bad guys gather as a group of justice called Suicide Squad. Well the fact is, Enchantress became the antagonist and there is a character who was just present for a few seconds and then die…..(-___-)
  • I was thinking that The Joker will be the main star or the keyplayer -- seeing his cool appearance on the movie trailers. But it turns out that he was just a sideplayer where Floyd Lawton a.k.a Deadshot was the main character. (No wonder it was played by Will Smith !)   
  • Keeping up with the movie, it was like Harley Quinn and The Joker has their own side story. I think the producer was considering to bring up their own story into another movie.

So for those who has not watched the movie yet. I think, why don’t you give it a try. Even if later the story was not as expected, at least it was fun to see how our comic bad guys was portrayed into a movie...