Simple Personal Rhyme

"A dot started notes and lines. Lines made up bars. Eventually, a musical piece is created.
There's nothing insignificant.."

Sunday, 2 October 2016

48 Hours of Liverpool

NB : Tulisan ini dibuat setelah 2 hari saya tiba di Inggris. Blog ini adalah hal-hal yang secara spontan saya perhatikan selama 48 jam berada di sini.

Sejak dari lahir, saya selalu tinggal di wilayah Indonesia. Namun beberapa tahun terakhir ini, saya bernasib tinggal di wilayah Sumatera yang ternyata memiliki karakteristik budaya yang cukup berbeda dengan wilayah yang selama ini saya tinggali di seputaran Jakarta. Berbeda daerah saja sudah banyak hal-hal yang menyebabkan butuhnya adaptasi dengan budaya kearifan lokal padahal masih berada di satu lingkup negara Indonesia. Apalagi kali ini saya memiliki kesempatan untuk melihat dunia lebih luas. Tinggal di negara yang berbeda di benua yang berbeda dengan Indonesia tentunya terdapat perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan apa yang kita alami sehari-hari. Baru berada di tempat ini, tepatnya di Liverpool, Inggris, ada beberapa hal yang mencuri perhatian saya. Namun hal yang paling saya perhatikan adalah hal-hal yang terdapat pada traffic alias lalu lintas di kota ini.

Everything in Liverpool’s Traffic at a Glance
Berhubung di sini saya banyak menjamah tempat-tempat dengan berjalan kaki, ini menyebabkan saya bisa berkesempatan untuk memperhatikan secara seksama akan hal-hal yang terdapat di jalanan Liverpool.

Berjalan Kaki
Menjangkau suatu tempat dengan berjalan kaki merupakan hal yang biasa di sini. Namun bagi orang Indonesia yang biasa dimanjakan dengan naik kendaraan, akan cukup kewalahan dengan kebiasaan jalan kaki di sini. Bahkan saya yang sudah biasa jalan kaki di Indonesia, sempat merasa pegal-pegal kaki di hari-hari awal karena jarak-jarak yang ditempuh ternyata jauh lebih jauh dari biasanya.

Para mahasiswa Indonesia yang sudah cukup lama bersekolah di sini, sudah cukup terbiasa dengan kebiasaan berjalan kaki ini. Mereka sudah cukup kuat untuk menempuh jarak-jarak yang lumayan jauh dengan berjalan kaki dengan derap langkah yang setara dengan para orang Inggris. Beberapa teman yang sudah sampai di Liverpool sebelumnya juga sudah dapat menyesuaikan dengan kebiasaan berjalan kaki ini. Selain itu, kota-kota di wilayah barat ini sangat friendly untuk pedestrian alias pejalan kaki dengan selalu adanya trotoar yang cukup besar untuk pejalan kaki di sisi jalan.

Hal-hal yang perlu diingat terkait walking-walking di sini adalah :

  • Orang bule jalannya sangat cepat (dibandingkan dengan langkah orang Indonesia sehari-hari ya…). Jadi kalau melihat orang-orang bule ini jalannya cepat, mereka bukan terburu-buru tapi nature-nya mereka memang seperti itu. Walaupun begitu, kita bisa membedakan kok mana bule yang jalan cepat karena terburu-buru atau jalan cepat yang natural.


  • Jangan bayangkan jalan kaki di Indonesia. Baru jalan 15 menit saja sudah mbrebes itu keringat di baju. Terkecuali kalau matahari lagi terik-teriknya, hampir tiap hari jalan kaki di sini dinaungi dengan udara sejuk -- bahkan cenderung dingin. Jadi jangankan keringat keluar, yang ada malah kita pakai baju berlapis dan tangan masuk kantong terus saking dinginnya sepanjang berjalan kaki.


  • Hati-hati ketika menyebrang jalanan ! Di Indonesia kita harus maju pelan-pelan kalau menyebrang supaya dikasih jalan sama kendaraan yang lewat. Nyebrangnya  juga bisa di mana saja. Di Inggris, ketika menyebrang di traffic light, ada tombol yang harus ditekan dulu ketika mau menyebrang. Kita harus tunggu sampai lampu pejalan kaki menyala hijau dan baru kita bisa menyebrang


That’s the theory, tapi…….



Di Inggris ini masih kalah strict taat peraturan dengan Singapur. Walaupun peraturannya seperti itu, orang sini menyebrang saja kalau misalnya jalanan kosong atau mobilnya masih jauh dan menyebrangnya juga seringkali langsung menerobos jalanan saja selama jalanannya sepi. Masih tetap kalah sakti dengan orang-orang di Indonesia sih yang bisa tetep kekeuh nyebrang jalanan yang ramai dengan kendaraan.
Bagi kami yang baru-baru di sini, kami belum berani banyak nerobos sebelum lampu pejalan kaki menyala hijau, terutama di jalan-jalan raya besar yang risikonya lebih besar. Bisa saja kita coba-coba nerobos lampu seperti kita di Indonesia yang cuek saja dengan lampu dan rambu lalu lintas, namun semuanya be at your own risk. Di sini kendaraannya pada ngebut-ngebut, termasuk yang seukuran bus. Jadi kalau nerobos sebelum lampu nyebrang jadi hijau trus kita ketabrak, ya yang salah kita. Gak bisa main keroyokan seperti di Indonesia di mana pejalan kaki melintas di jalur busway terus ketabrak Transjakarta lalu malah digebukin supir Transjakartanya. So, always be aware when crossing the streets !

  • Jalanan di Liverpool relatif aman. Jadi jangan heran kalau melihat orang berani jalan kaki malam-malam di tempat sepi -- bahkan wanita sekalipun. Sangat minim kasus seperti penjambretan atau perampokan atau pemerkosaan di jalanan sini. Dengan kondisi jalanan seperti itu, para mahasiswa Indonesia yang bersekolah di sini tidak takut untuk pulang dini hari semisal ada hal perlu dikerjakan di kampus hingga larut.


Sepeda
Selain berjalan kaki, metode yang digunakan untuk bepergian oleh orang-orang sini adalah dengan naik sepeda. Bukan rahasia lagi bahwa sepeda memang transportasi populer untuk masyarakat Eropa. Walaupun begitu, intensitas pengguna sepeda di Inggris belum semasif di negara-negara Eropa daratan seperti Jerman dan Belanda di mana sampai setengah jalan raya didedikasikan untuk pengendara sepeda karena pengendara sepeda di sana cukup banyak.



Dulu waktu saya dan istri saya menggunakan sepeda untuk transportasi sehari-hari, termasuk untuk ke kantor, kami dipandang agak aneh oleh orang-orang sekitar dan kendaraan yang berlalu-lalang. Namun di sini, orang bersepeda untuk bepergian, seperti ke kantor atau kampus, merupakan hal yang biasa. Selain itu, di kota ini terdapat pula stasiun-stasiun sepeda yang disewakan untuk umum pada spot-spot tertentu. Pembayaran sewa sepedanya bisa dibayar secara harian, mingguan, ataupun tahunan.  

Kereta
Kereta sudah menjadi moda transportasi pilihan untuk bepergian antar kota. Kereta di sini sangat nyaman untuk bepergian. Jangan bayangkan kereta seperti KRL di Jakarta tapi bayangkan kereta seperti kereta Medan - Kualanamu (yah.. Tidak seeksklusif itu sih…).  Harganya cukup terjangkau untuk tingkat kenyamanan dan waktu tempuh seperti itu, apalagi kalau beli tiketnya dari jauh-jauh hari. Tiket kereta antar kota di sini sifatnya fluktuatif seperti halnya pesawat. Jadi katakanlah kita memesan tiket perjalanan di kala peak season atau dekat-dekat dengan tanggal keberangkatan, kemungkinan besar harganya akan semakin mahal dari biasanya.


Taksi
Pernah menonton serial TV Sherlock ? atau film-film british lainnya ? Pernah lihat bagaimana bentuk taksi di Inggris di film-film ? Yup, that’s exactly bentukan taksi di sini. Berupa mobil yang bentukannya agak kuno dan berwarna hitam. Kami di sini menyebutnya black cab. Sangat unik tapi dalamnya cukup luas namun kami hampir tidak pernah menggunakan taksi ini karena harganya cukup mahal. Kami lebih prefer menggunakan taksi berbasis aplikasi atau private hire taxi seperti Uber atau Delta.














Bus
Bus juga merupakan transportasi yang populer untuk digunakan terutama untuk lokasi-lokasi yang jarak tempuhnya cukup jauh. Bus juga banyak digunakan oleh orang-orang tua yang sudah sulit menjangkau perjalanan via jalan kaki. Bus di sini sangat nyaman. Bahkan bus di Inggris terkenal dengan bus bertingkatnya alias double decker. Padahal di Indonesia juga dulu dan sekarang juga ada bus bertingkat.. Hehe. Kalau diperhatikan, bus-bus di sini jalannya ngebut juga. Walaupun begitu, ngebut di sini bukan karena balapan atau kejar setoran seperti metro mini di ibukota tapi lebih supaya dapat on-time tiba di halte berikutnya karena bus-bus di sini sudah ada jadwal ketibaannya di halte masing-masing. Selain itu, supir busnya juga handal  mengendarainya sehingga belokan yang cukup tajam sekalipun, tidak ada itu cerita bus naik ke trotoar.


Mobil dan Sepeda Motor
Ada juga orang yang bepergian dengan mobil dan sepeda motor di sini namun jumlahnya tidak banyak apalagi sampai over-quota sampai membanjiri jalanan. Bahkan pengendara sepeda motor sangat jarang saya temui di sini. Kalaupun ada, mostly motor yang digunakan adalah motor-motor kelas atas seperti CBR, vespa, atau trail bike. Terkadang kita melihat antrean mobil namun “macet” seperti ini biasanya dikarenakan lampu merah. Sangat jauh dengan istilah “macet” yang kita temui sehari-hari. Selain itu, lucunya, di Liverpool ini orang memarkir kendaraannya di pinggir jalan. Kadang di supermarket atau mall memang tersedia lahan parkir namun orang memarkir mobilnya di pinggir jalan merupakan hal yang lumrah. Bahkan rumah-rumah di sini bisa dikatakan tidak didesain untuk memiliki garasi untuk kendaraan. Mungkin karena tidak ada masalah kemacetan sehingga tidak masalah jika mereka parkir di pinggir jalan raya.




Sebagai tambahan dari cerita ini, hal-hal yang saya ceritakan di atas ini hanya berlaku di kota Liverpool ya, bukan Inggris atau Britania raya secara umum. Jadi mungkin kalau di kota-kota lainnya, kondisinya sangat mungkin berbeda dengan yang saya ceritakan di atas.


No comments:

Post a Comment